Rabu, 28 Mei 2014

Lagi-lagi Tentangmu

Ada saja khayalku yang membuat ku teringat
Saat terpejam aku dengan jelas melihatmu
Rasanya aku tak ingin membuka mata
Namun aku takut,
Semua khayal ini membawaku pada penderitaan diakhirnya

Memilikimu adalah satu dari beribu mimpiku
Namun aku tak ingin berharap,
Aku tak mau kecewa

Suaramu seperti dongeng dalam tidurku
Yang masuk ke mimpiku
Menghadirkan sensasi nyata
Kamu adalah lagu nina bobo di malam-malamku

Sikap baikmu seperti angin yang menyentuh lembut kulitku
Nyaman, menyejukkan
Sikap aroganmu seperti makanan pedas pembangkit selera
Menyiksa, tapi aku begitu menikmatinya

Kudengar kamu sudah menjadi milik orang kemarin
Ada rasa hancur, ada yang remuk, sedikit retak
Aku kecewa,
Tapi entah mengapa,
Sesakit apapun aku siap mendengarnya
Asalkan aku tau semua tentangmu

Entah bagaimana akhirnya, semua belum berakhir
Hatiku siap kau sayat lebih parah
Jiwaku tak gentar kau tikam lebih dalam
Aku begitu merindu

Jumat, 23 Mei 2014

Untitled

Siapa yang pernah menyangka takdir Tuhan? tidak seorangpun, termasuk aku. Aku hanya berjalan sesuai apa yang seharusnya ku lakukan, hanya menuruti kata hatiku. Namun ternyata kehidupan manusia ada yang mengatur. Aku tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mungkin bagi sebagian orang masalah mereka lebih berat, dan permasalahan ini hanya sebagian sangat kecil dalam luasnya hidup. Tapi pada kenyataannya aku tak cukup kuat menyelesaikan semua ni sendiri. 

Keluargaku, keluarga yang sangat amat bahagia, saling menyayang, dan kami semua periang. Begitu kira-kira kelihatannya, dan itu memang benar adanya. Namun ada masalah lain yang bagi sebagian orang bukan masalah, malah menjadi beban di keluarga kami. Hampir pecah kepalaku berfikir tentang itu semua, air mata tak berhenti menangis, namun aku cukup malu untuk menanis di sepan orang yang mengenalku sebagai sosok keras kepala dan periang. Habis sudah hatiku kesana-kemari menahan letupan yang seperti memberontak ingin keluar. Mungkin aku terlalu berlebihan menjalani semua ini, tapi kurasa mentalku cukup kesulitan menghadapi semua. Aku benar-benar jatuh. 

Ini bukan sebuah curahan hati atau keluhan, aku hanya bingung, tak punya orang yang kupercaya untuk menyelesaikan semua. Hati, akal, fikiran, aku sedikit mulai lelah. Semoga semua bisa memperkuatku. 

Kamis, 22 Mei 2014

Sedikit Tentang Bapak

           Aku selalu bercerita tentang ibuku kemanapun aku pergi. Sosok wanita yang melahirkanku, membesarkanku, dan melindungiku. Ibuku yang tegas, namn perasa.  Ibuku yang bekerja keras demi keluarga, ibuku yang suka memasak, ibuku yang cantik, ibuku yang disukai banyak orang. namun ada satu lagi orang yang kusayang melebihi apapun, namun jarang ku ceritakan. Dia adalah bapakku.  Bapak, orang yang seakan menjadi nomor dua dalam kehidupanku. 

           Bapakku sosok yang suka bercerita. Kami bisa menghabiskan waktu semalam suntuk hanya berdua di ruang tamu atau di depan  tv/ Kami bercerita, bertukar fikiran, atau hanya sekedar ngobrol-nobrol ringan. Bapakku yang punya banyak cerita, cerita masa lalunya, harapannya, prinsipnya, dan ban yak hal tentangnya. Mungkin secara kasat mata orang akan menilaiku sebagai anak yang sangat dekat dengan ibu dibanding bapak. Padahal banyak hal yang ada difikiranku tentang bapakku, namun mungkin aku cuma tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya.

           Terkadang ada hal yang tidak bisa ku ceritakan pada bapak, mungkin karena aku anak perempuan  bapak yang harus terlihat hebat dan kuat. Ketika sebagian  orang bercerita tentang betapa mereka dimanja bapak mereka, dilindungi, disayang, dan dibela, berbeda denganku. Bapak tidak selalu menunjukkan betapa sayangnya dia padaku, bapak tidak pernah bertanya hal pribaiku, namun diam-diam dia peduli. Aku tau itu, bapak banyak bertanya tentangku pada ibu. Ketika gadis-gadis lain digendong bapak mereka saat umur 5 tahun, berbeda denganku. Bapak akan sangat marah jika aku nakal, ya, aku memang nakal, bapak juga terkadang ku pikir tidak memperlakukanku seperti anak perempuan yang manis. Namun apa yang telah bapak lakukan membuatku menjadi perepuan berani. Meskipun fisikku tidak kuat, aku sering menangis, dan aku perempuan, aku berani dengan siapapun. Aku tidak takut kepada anak laki-laki berbadan sebesar apapun, aku tidak takut dimarahi siapapun. Bapak membuatku ingin selalu terlihat kuat. Bapak yang mengajariku berani, walaupun aku bukan atlet karate atau tae kwon do sabuk hitam, aku tidak akan takut jika aku tidak merasa salah. 

           Aku masih ingat saat bapak megajarkanku pulang sekolah dengan berjalan kaki ke pasar, ke toko bapak saat aku kelas 1 atau 2 SD. Mungkin itu biasa bagi sebagian orang, tapi waktu itu aku harus berjalan ke sekolah yang menurutku lumyan jauh, seorang diri. Tak ada teman yang membarengiku pulang. Sampai pasar aku diajarkannya minta uang ke toko bapak, disana ada Om Rusydi yang menjaga toko. Setelah itu Om Rusydi akan memanggilkan ojek untukku. Lalu aku akan diantar ojek sampai rumah.

           Pernah suatu ketika aku salah jalan saat pulang sekolah. Aku yang terbiasa lewat depan sekolah, saat itu lewat belakang. Maka yang harusnya aku belok kiri lalu kiri lagi, salah arah dan belok kanan. Aku berjalan cukup jauh waktu itu. Aku yang mungkin masih sangat lugu hanya berfikir, kenapa bisa ada kilang minyak di perjalanan ke pasar? kenapa jalannya menanjak? kenapa makin panas? dan kenapa tidak sampai-sampai? Setelah itu aku balik arah, dan kembali melewati jalan kearah sekolah. Aku terus berjalan kembali sampai aku tiba di depan sekolahku, saat itu aku tertawa, aku menyadari kalau ternyata aku salah arah. 

           Sesampainya di pasar, matahari sedikit mulai turun, ku lihat bapak ditoko merokok sambil ngobrol dengan Om Rusydi. Mereka terlihat lega saat melihatku. Bapak bertanya aku darimana saja, aku lalu menceritakan pengalamanku hari itu, semuanya. Bapak tertawa, bapak memujiku hebat. Aku sangat bangga saat itu. Rasanya aku seperti anak paling berani di dunia. 

           Banyak yang membuatku rindu akan bapak, saat-saat bapak menceramahiku,saat-saat bapak membanggakanku. Bapak selalu berusaha ,elakukan yang terbaik untuk anak-anaknua. Lama sudah aku tidak tinggal dengan bapak, mungkin aku bukan lagi gadis pintar yang bapak banggakan dulu. Aku sudah banyak mengecewakan bapak. Ada kalanya ibu bercerita saat bapak mengkhawatirkanku, ada apa dengan kehidupanku, dengan studiku, denganku. Bapak tidak berani bertanya padaku langsung, katanya. Padahal sebenarnya aku pun tidak berani dan tidak tau bagaimana cara bercerita tentang masalah pribadiku pada bapak. 

           Bapak, aku mungkin hanya berani menulis tanpa menceritakannya pada bapak. Tapi suatu saat ketika bapak telah bisa kembali bangga padaku, aku mungkin bisa lebih terbuka. Saat ketika aku kembali bersama bapak, dan jadi gadis bapak yang berani lagi. 

Rabu, 21 Mei 2014

Aku Sendiri Saja


Maafkan bila semua susah dipahami
Aku mungkin memang tak ingin di mengerti
Maafkan bila yang ku pilih hanya bungkam
Aku mungkin memang lebih memilih diam
Maafkan bila yang ada hanya tanda tanya
Aku mungkin hanya sedang tak butuh siapa-siapa

Egoku tinggi
Terlalu rumit untuk dipahami
Omonganku runyam
Jadi mending aku bungkam
Tingkahku gila
Siapapun pasti hanya bertanya-tanya

Aku sendiri saja,
Mungkin ini caraku
Yang bahkan sulit untuk ku pahami sendiri
Siapapun yang melihatku,
Hanya menatap nyinyir, sinis
Melihat ku seperti setan, atau sampah

Tak butuh mengerti,
Hanya tolong diam, dan katakan pada orang-orang di sebelahmu

Aku sendiri saja...

Batu, Juli 2012

Sajak Pilu

Luka
Menganga
Lara
Menyapa
Duka
Terasa

Perih
Meringkih
Sedih
Tersisih
Lirih
Merintih

Teriris
Menangis
Menipis
Habis

Sketsa Wajahmu di Pejamku

Malam menggantung, pagi masih jauh
Hanya saja mata ini sulit terpejam
Lagu nina bobo sudah mengalun sedaritadi
Namun aku masih saja terjaga
Sudah kuhitung ribuan domba
Tetap saja mataku kembali terbuka
Bukan ku tak mengantuk,
Berat sebenarnya mata ini
Tapi saat ku terpejam
Ada bayang yang ku rindukan
Membuatku semakin tak ingin tidur
Ada sepasang mata topaz kecoklatan
Ada hidung tak terlalu mancung yang sempurna
Ada bibir yang selalu menyungging senyum mempesona
Ada sepasang lesung pipi yang tak mungkin ku lupa
Rambut hitam tertimpa sinar matahari

Ah, begitu elok ciptaan Tuhan
Kembali ku pejam mata
Ku biarkan wajahmu terbayang
Aku hanya mencoba untuk tidur
Ditemani sketsa wajahmu
Entah hingga ke mimpi atau tidak

Malam menggantung, pagi masih jauh
Selamat malam wajah rupawan
Semoga pagi segera datang
Bersama nyatanya hadirmu
Tak hanya sketsa wajahmu

Selasa, 20 Mei 2014

Isyaratmu

Gerhana,lama kita terdiam disini
Dengan sikapmu yang seperti buang muka
Tanpa sedikitpun isyarat atau kata
Lama ku nanti jawaban dalam kesunyian
Kamu tak juga beranjak dan bergeming
Apakah diam itu isyaratmu?
Jadi mungkin ini saatnya berhenti

Gerhana, lama kita terdiam disini
Dengan sikapmu yang seperti buang muka
Aku rasa selesai sudah
Terimakasih telah menjawab tanpa kata
Menjawab dengan isyarat diammu


*Posted on Facebook Esa Fatmawati

                         November 25 2013